Serba-Serbi Wisuda
Bahagia.
1 kata yg mewakili perasaanku hari itu. 15 Juli 2012. Meski rutin terjadi, acara
seremonial itu bagiku dan ribuan lainnya tetap berkesan. Satu per satu
wisudawan menaiki panggung tinggi nan besar bergantian berjabat tangan
dengan rektor dan dekan. Prasetya alumni seolah menjadi tanda tangan bermaterai yg merupakan tanggungjawab kami sebagai alumnus UIN Jakarta. UIN Jakarta adalah almamater yg
kami banggakan.
Palu sidang diketuk 3x sebagai tanda berakhirnya sidang senat terbuka wisuda sarjana ke-87. Rektor, guru besar, dan dekan meninggalkan ruangan. Sepuh, namun berdedikasi tinggi di dunia intelektual.
Pintu auditorium dibuka. 1181 wisudawan berdesakan keluar ruangan. Di luar, ribuan manusia berdiri di berbagai sisi menanti sarjananya menuruni anak tangga. Keluarga, sanak saudara, dan teman-teman sejawat bersorak riang, memanggil wisudawan yg ditunggunya sejak lama.
Begitu pun aku. Sejak pagi persiapanku belum 100% selesai. Aku harus merapikan jilbab yang belum di-apa-apa-kan. Untunglah, sepupuku punya teman yang bisa diandalkan. Wal hasil, dengan modal 10 menit, jilbab polos itu disulap menjadi jilbab cantik. Diantar oleh teteh, sampai di depan Auditorium Prof. Harun Nasution, sahabat hebatku datang memanggil. Ya, sahabat hebat bagiku. Sepagi itu dia sudah datang, membawakan ku dan beberapa teman lainnya sebotol pulpy orange. She knows what we need inside the auditorium well. Beberapa gambar paling fresh -alias paling medok- berhasil diabadikan. Tak lama, semua kembali berbaris bersiap memasuki auditorium.
Palu sidang diketuk 3x sebagai tanda berakhirnya sidang senat terbuka wisuda sarjana ke-87. Rektor, guru besar, dan dekan meninggalkan ruangan. Sepuh, namun berdedikasi tinggi di dunia intelektual.
Pintu auditorium dibuka. 1181 wisudawan berdesakan keluar ruangan. Di luar, ribuan manusia berdiri di berbagai sisi menanti sarjananya menuruni anak tangga. Keluarga, sanak saudara, dan teman-teman sejawat bersorak riang, memanggil wisudawan yg ditunggunya sejak lama.
Begitu pun aku. Sejak pagi persiapanku belum 100% selesai. Aku harus merapikan jilbab yang belum di-apa-apa-kan. Untunglah, sepupuku punya teman yang bisa diandalkan. Wal hasil, dengan modal 10 menit, jilbab polos itu disulap menjadi jilbab cantik. Diantar oleh teteh, sampai di depan Auditorium Prof. Harun Nasution, sahabat hebatku datang memanggil. Ya, sahabat hebat bagiku. Sepagi itu dia sudah datang, membawakan ku dan beberapa teman lainnya sebotol pulpy orange. She knows what we need inside the auditorium well. Beberapa gambar paling fresh -alias paling medok- berhasil diabadikan. Tak lama, semua kembali berbaris bersiap memasuki auditorium.
Keluar dari auditorium, di anak tangga terakhir, sahabatku berikutnya memanggil, mengucap selamat, dan memberiku bunga. Dia pun bilang, teman-teman kelas PS C sudah menunggu di base camp kita. Kopma (Kopma UIN jadi base camp kelas soalnya beberapa teman kelasku adalah pejabat pangkat di sana. Hahaa). Ku teruskan langkah kecilku smbl
tengok kanan kiri mencari seseorang yg ku kenal, ku nantikan.
Di ujung jalanku, seseorang berdiri diantara kerumunan lainnya. "Amel!" panggilnya. Tangannya menjulur ke arahku, memberikan segenggam bunga. Ku tatap ia selengkap mungkin. Wajahnya yg kelelahan berdesakan, pakaiannya rapi pakai kemeja salur. Sorot matanya..dalam sekali. Jelas terlihat ada genangan air mata disana, gemetar bibirnya menyebut namaku. Ada satu pesan yg sgt dalam, membuat perasaan dan otakku flash back sekitar setahun lalu.
"Terima kasih" kataku pelan. Aku tak bs berlama-lama disana. Arus ribuan manusia mendesakku harus cepat melangkah. Baru beberapa langkah, aku menoleh ke belakang, mendapatinya masih melihatku. Haru. Sambil melanjutkan menerobos kerumunan, Aku menyeka genangan air mata yang hampir tumpah. Aku berkata keras dalam hati, "Dasi biru, aku akan membayar hutangku. Kita akan berfoto berdua".
Di ujung jalanku, seseorang berdiri diantara kerumunan lainnya. "Amel!" panggilnya. Tangannya menjulur ke arahku, memberikan segenggam bunga. Ku tatap ia selengkap mungkin. Wajahnya yg kelelahan berdesakan, pakaiannya rapi pakai kemeja salur. Sorot matanya..dalam sekali. Jelas terlihat ada genangan air mata disana, gemetar bibirnya menyebut namaku. Ada satu pesan yg sgt dalam, membuat perasaan dan otakku flash back sekitar setahun lalu.
"Terima kasih" kataku pelan. Aku tak bs berlama-lama disana. Arus ribuan manusia mendesakku harus cepat melangkah. Baru beberapa langkah, aku menoleh ke belakang, mendapatinya masih melihatku. Haru. Sambil melanjutkan menerobos kerumunan, Aku menyeka genangan air mata yang hampir tumpah. Aku berkata keras dalam hati, "Dasi biru, aku akan membayar hutangku. Kita akan berfoto berdua".
Di depan air mancur, beberapa kawan organisasi-organisasi datang, menghampiri, memberi sejumlah bunga, berfoto bersama. Tapi mataku masih mencari 'yang lain'. Mereka sahabat-sahabatku satu angkatan organisasi tidak ada yang datang. Tidak ada yang mengucap selamat. Tidak ada yang mencari. Dimana? Kemana mereka?
Hari ini aku kembali bertanya. Tiba-tiba sesak. Hari ini, 3 November 2012 beberapa sahabatku itu yang wisuda. Satu minggu sebelumnya sudah aku rencanakan aku akan pakai sepatu dan bros pemberian beberapa dari mereka. Mereka pasti senang.Tapi rencana hanya rencana. Pekerjaan membatalkan semuanya. Aku tak jadi berangkat ke wisuda mereka. Maaf, dan Good Luck. Itu sms inti yang ku kirim malam sebelumnya.
Bagiku, kehadiran orang-orang penting di momen penting adalah sesuatu yang penting! Everyone shall be happy, right? Merasa dihargai, dikenang, diingat pertemanan persahabatan yang telah dibangun lama.
Well, itu lah serba-serbi wisuda. Tapi overall, wisuda itu memang momen yang harus dirayakan kebahagiaannya. Karena setiap jiwa-jiwa yang ada disana -pada saat wisuda- pasti jiwa-jiwa yang berbahagia. Thank's my big family, my friends, and 'dasi biru'...
Komentar
Posting Komentar